Senin, 16 Januari 2012

Ketika Jalan Tengah Tak Terlihat


(sekali lagi) saya bikin tulisan yang temanya "kalut" atau "risau" atau apapun lah yang bisa kita setarakan maknanya dengan kata-kata dalam tanda kutip itu. Hampir semua motivator bilang kalo kebahagiaan pasti datang pada waktunya, kesedihan yang kita rasakan hanya sebagai 'media' yang bisa kita gunakan untuk melatih kesabaran. Mereka juga bilang kalo semua kejadian pasti ada hikmahnya...dan bla bla bla


Semua omongan mereka bisa ditebak dengan mudah, sama halnya dengan respon-respon sahabat sejawat yang saya jadikan tempat curhat. Mereka pasti bilang begini...mereka pasti bilang begitu... Intinya, saya tau saya harus berbuat apa. Saya juga tahu mana yang benar dan mana yang salah. Furthermore...i found another polemic problem. Entah kenapa mindset saya selalu seperti ini, sepertinya sudah menjadi ideologi abstrak yang tersembunyi, terselip, terpatri, terbalik (???)

Seorang teman memberi jawaban kalo wanita sulit menerima sugesti ketika sedang bersedih. Lain halnya pria. Pria mudah menerima saran yang real dan masuk akal. Ketika wanita mencurahkan isi hatinya dan (seringkali) disertai air mata yang membanjir, mereka tidak akan dengan mudah menerima sugesti berupa saran untuk begini atau begitu malahan mereka cenderung bersikap defensif. Contoh imajinatif yang ada di benak saya:

Cowo curhat: "Brow, gue ga tau kenapa dan ga tau salah gue apa. Tapi tiba-tiba cewe gue ngediemin gue. Ini udah tiga hari. Gila."
Teman: "Coba lo tanya ke sahabatnya, yang bisa dipercaya tapi..siapa tau sahabatnya bisa bantuin lo"
Cowo curhat: "Iya juga sih. Gue coba deh"

Cewe curhat: "Ciin, tau ga sih..
Teman: "Apa sih..apa?"
Cewe curhat: "Si dia kepergok ngebonceng cewe..sedih bgt guee"
Teman: "Aah sodaranya kali"
Cewe curhat: "Ga mungkin..biasanya dia kabarin aku kalo mau pergi walaupun sama keluarganya"
Teman: "Ya nanti juga dia kabarin lo, tunggu aja kabar dari dia"
Cewe curhat: "Aduuh gue uda resah gini disuruh nunggu..gimana kalo tnyata dia punya selingkuhan"
Teman: "Ya ga mungkin laah, orang akhir"ini kalian baik-baik aja kan..masa tiba-tiba dia selingkuh"
Cewe curhat: "Tapi kan mungkin aja dia bosen..atau mungkin dia nyimpen masalah dari gue dan dia nemuin cwe lain yang bisa lebih sabar dengerin curhatan dia"
Teman: "Yaudah positive thinking aja, kan lo ga bisa sembarangan nuduh dia"
Cewe curhat: "Susah, ciin..udah keburu ga enak hati nih..jangan-jangan ini firasat"

Kalo saya yang jadi teman, saya pasti bilang "terserah lo aja deh, bebas" hha :D

Keliatan kan bedanya? Yah mungkin ga semua cewe kayak gitu dan ga semua cowo kayak gitu, tapi prototype karakter cowo dan cewe memang seperti itu, itu kata teman saya yang kuliah di Psikologi.
Sedangkan saya tidak termasuk keduanya, saya sering curhat dan menerima saran teman-teman, tapi saya tidak pernah melakukan saran itu. Orang bilang masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Sedangkan saya, belum masuk kuping kanan sudah mental lagi kemana-mana.

Hal tersebut tentunya memberikan efek negatif pada saya, yang pasti masalah saya tidak kunjung selesai. Saya belum menemukan apa yang saya mau. Ini yang membuat saya sering melamun dan lebih senang tidur karna dalam lamunan dan dalam mimpi, saya bisa menjadi apa yang saya mau. Saya sendiri menyebut masalah ini dengan kata "jenuh dan kecewa" dan saya tahu penyelesaiannya adalah dengan mencari "pelarian", namun sayangnya semua hal yang membuat saya jenuh itu cukup menyita perhatian saya sehingga saya kurang menaruh perhatian pada "pelarian".

betewe, nyannyinnyon di atas abstrak banget yak -___-"

Pokoknya saya belum bisa menikmati kuliah saya yang in class melulu dan tugas paper melulu. Kuliah praktek-pun ada yang efektif, ada yang tidak. Tiba-tiba ngajuin proposal skripsi. Kenapa rasanya totally different sama kegiatan belajar di SD sampai SMA yang kerjaannya maen di lapangan, di lab, dll. Semasa sekolah saya memang bukan termasuk siswa yang outstanding di bidang IPA, justru saya lebih diandalkan di bidang Bahasa Inggris. Saya suka IPA tapi saya lebih mahir di Bahasa Inggris, Saya berminat mendalami ilmu eksak tapi saya sulit memahami analisis rumus-rumus suatu postulat. Mismatch inilah yang menyebalkan dan sampai sekarang saya belum bisa menemukan jalan tengah antara minat dan bakat ini. Tapi sekali lagi, dulu kegiatan di luar sekolah sangat efektif dalam menaikkan semangat belajar saya.

Pulang sekolah langsung ke rumah dan jam 4sore pergi lagi ke dojang Taekwondo, pulang jam 9 atau kadang jam 11 malam. Ikut UKT, kejuaraan. Hari Kamis sama Sabtu latihan kunjungan ke Katapang atau Margahayu. Keseharian yang sama di tempat yang sama. Melelahkan tapi menyenangkan. Iya, memang capek karna selalu berkecimpung dengan olahraga, keringat, cedera dan terkilir, tapi senang. Dan kelelahan fisik ini malah membuat saya lebih mudah berkonsentrasi di sekolah.

Sekarang: kuliah, kumpul sama geng Tagoni di kopma atau di kosan saya, ngobrol sampe magrib, ngerjain tugas atau kadang online, tidur. Begitu terus besok dan besok dan besoknya dan besoknya lagi. Ketemu orang yang sama, di tempat yang sama, dan kegiatan yang sama. Tanpa olahraga, tanpa Taekwondo, dan tanpa cedera. Hal ini membuat saya lebih sering mengantuk di kelas dan jadi susah konsentrasi. Semoga di tahun ini saya bisa lebih pintar dalam mengelola waktu. Semoga saya bisa mendapatkan apa yang sebenarnya saya inginkan. Last but not least, semoga saya bisa lebih mensyukuri rangkaian huruf indah di transkrip nilai saya. Aamiin. Kalo ngga nanti saya bisa jadi kayak gini:


sumber gambar:  
www.nithucutie.com
www.freakingnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't be shy, let's share our understanding :)